AKU INGIN JADI PENARI K-POP!

Forum sekolah virtual itu seketika menjadi segar ketika salah seorang siswa bertanya kepada pak guru: "Pak mau tanya, kalau cita-cita pak guru sebenarnya pengin jadi apa sih?" sontak pertanyaan polos itu membuat para dewan guru terkekeh. Sebelumnya memang sang guru tersebut telah menanyai semua siswa baru kelas satu yang hari ini bergabung menjadi keluarga di sekolah kami. Saya tidak membayangkan jika pertanyaan itu tertuju padaku. Sudah barang tentu lidah ini pasti kelu untuk berucap.  



Cita-cita masa kecil memang menjadi cerita tersendiri bagi sebagian besar anak-anak. Tetapi sebagai guru sebenarnya kita bisa mengerti sesuatu yang tersembunyi di balik cita-cita. Bukankah cita-cita seorang siswa itu datang dari orang-orang sekitar mereka? atau paling tidak dari kebiasaan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari? atau bisa pula datang dari narasi-narasi para orang tua dan kawan bermain mereka.

Cita-cita seorang anak biasanya tinggi, tapi sebenarnya itu amat dekat dengan mereka. Yaa... apa yang terucap selalu ada di sekitar mereka. Sebagai orang dewasa boleh saja kita tidak menggunakan cita-cita seorang anak untuk melihat ke depan, tapi menggunakan cita-cita untuk melihat apa yang terjadi disekitar mereka. 

Seperti apa yang terungkap pagi tadi dalam forum Virtual Pekan Ta'aruf perkenalan siswa baru dan hari pertama masuk sekolah, ketika beberapa anak kelas satu di tanya tentang cita-citanya, jawaban mereka tidak jauh dari Pilot, Polisi, dan Astronot. Tapi ada juga seorang anak perempuan yang berucap ingin menjadi Juru Parkir Pesawat, kemudian salah seorang siswa lain menulis dalam kolom chat bahwa profesi tersebut bernama Marshaller, ternyata Ayah dari siswa yang memberi koreksi tadi adalah seorang teknisi pesawat terbang.

Ada juga seorang anak yang membuat kami terkejut dan kaget karena dengan polosnya dia bercita-cita ingin manjadi penari K-Pop. Jawaban yang unik itu lalu membuat saya berpikir bahwa kadang cita-cita siswa saat masih kecil tidak selalu kita jadikan patokan melihat dia ke depan. Artinya kita tidak harus merasa terlalu khawatir sebab seorang siswa kita akan menjadi penari K-Pop di masa depan. Perjalanan seorang anak menuju cita-cita masih perlu menempuh lika-liku pengalaman hidup dan didikan, sebagai guru sebaiknya kita bisa berfokus pada apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan apa ide-ide yang tumbuh mengisi ruang-ruang pikiran mereka.

Apabila para guru berhasil mengisi ide-ide dan pengetahuan dalam diri seorang siswa dengan baik maka hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap jalan cita-cita mereka ke depan. Jika bukan para guru yang mengisi relung jiwa para siswa dengan nilai dedikasi, cinta agama, kerja keras dan perjuangan, para guru tidak mampu memadati ruang pikiran para siswa dengan ide-ide kebaikan dan kebermanfaatan, maka bisa dipastikan ruang jiwa dan pikiran mereka akan di rampas oleh ide-ide kotor dan ideologi matrealistik. 

Tugas para guru dalam mengarahkan siswa berpedoman pada Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana tersebut dalam UU No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang salah satunya adalah  mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 

Berdasarkan acuan tersebut maka para guru dalam mengarahkan potensi siswa haruslah dalam koridor keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Potensi peserta didik yang di kembangkan di sekolah tidak melulu berpatokan pada profesi atau orientasi pekerjaan apa yang akan mereka dapatkan setelah selesai menempuh pendidikan, namun jauh lebih serius dari pada hal itu ada yang lebih inti adalah persoalan pembentukan mental serta orientasi hidup sesuai ajaran Agama. 

Sehingga menjadi apapun seorang anak nantinya, berada dikondisi apapun mereka hidup setidaknya mereka memiliki pedoman serta orientasi yang jelas tentang kebermanfaatan peranan dirinya bagi manusia lain, masyarakat, negara dan alam sesuai dengan tuntunan Allah SWT. 

Posting Komentar

0 Komentar