SISWA YANG HILANG?

Hari pertama masuk sekolah di tahun ke dua masa pandemi Covid-19. Boleh kiranya saya mengatakan kalau dua tahun ini para guru telah kehilangan murid, para murid kehilangan sekolah, sedangkan para orang tua mendapatkan kembali anaknya. 

Sekolah kita harus rela dibungkus dalam tampilan layar-layar tempat guru dan siswa bertemu. Selamat tinggal pemandangan seru di hari pertama masuk sekolah. Biasanya para guru akan menunggu anak-anak di depan halaman, berdiri penasaran akan hadirnya wajah-wajah siswa baru yang datang dengan seragam rapih dan sedikit kedodoran. 


Orang tua pada pagi ini tak perlu sibuk menyiapkan baju, sarapan, seragam, dan kendaraan untuk mengantar mereka ke sekolah. Nyalakan HP, Klik link, dalam sekejap mereka sudah sampai di sekolah dan berjumpa kawan serta guru. Ajaib memang. Meskipun pahit tetapi kenyataan seperti ini harus sama-sama kita kunyah dan kita telan. 

Orang yang paling berduka dalam situasi ini seharusnya adalah para guru. Para murid bisa saja mendapatkan cara belajar yang baru serta kebiasaan bersekolah gaya pandemi. Tetapi para guru yang telah akrab bergaul dengan cara pendidikan yang lama harus beradaptasi sekaligus mencari cara yang jitu menghadapi situasi ini. 

Benar bahwa situasi saat ini kita telah kehilangan suasana sekolah yang dahulu, cara-cara yang semula pernah kita tempuh dalam mendidik anak di sekolah tak lagi bisa kita terapkan, gaya penyampaian materi pembelajaran pun harus kita modifikasi sedemikian rupa agar tersampaikan pada siswa, belum lagi sekolah-sekolah islam, lebih jauh mereka harus mencari cara jitu bagaimana mengajarkan akhlaq dan budi pekerti dalam situasi seperti saat ini.

Yang terpenting dalam situasi ini adalah semangat api para guru tak boleh padam. Selama siswa ada dan mau untuk kita didik itu adalah modal utama bagi guru untuk terus bergerak. Sebab keluhan tak menyelesaikan masalah maka solusi harus menjadi senjata utama dalam berjuang.

Posting Komentar

0 Komentar