Di sekolahku yang sederhana. Lepas hujan lebat dan angin kencang tadi sore, beberapa pohon sekilas aku lihat porak-poranda dan tumbang. Papan-papan iklan dan baleho di jalan menuju sekolah tumbang. Listrik padam. Lengkap sudah.
Sederet kejadian sore itu mewakili kesedihan sekolah kita yang baru saja “terjun bebas”. Begitu kata petugas UPT kecamatan mengumumkan hasil Try Out kelas 6 sekolah kami. Bagaimana tidak, kita bisanya ada diperingkat 10 besar, tapi hari ini kita ada diurutan 41. Rekor termegah yang mengejutkan bapak/ibu guru sore itu. Hadiah yang mewah untuk ulang tahun si kecil husna kelas 6 kita itu.
Perayaan beluim berakhir, sebab listrik padam, jadi ada banyak lilin di sekolah, romantis ditengah gerimis dan nilai kita yang tragis. Lengkap sudah. Husna kecil membawa kue ulang tahun ke sekolah, sengaja untuk dibagi teman-teman sekelas dan bapak-ibu guru terkasih. Kue yang besar untuk ukuran anak-anak. Rosyid, siswa laki-laki terkalem yang pernah ada di sekolah sederhana ini. Katanya “wahh... aku baru tahu kalau ada roti sebesar ini” dengan lugunya.... sepontan teman-temanya tertawa. Tapi ya begitulah anak. Dengan lugunya namun tulus apa yang ia sampaikan dari hatinya. 10 anak di kelas kecil kami, mereka adalah anugrah yang turun untuk kita rawat dan jaga dengan sungguh. Meski kadang bapak/ibu guru harus menyambung usus setiap waktu. Tak masalah, mereka tetap anak-anak kami yang terbaik.
Dalam balutan gelap dan samar-samar cahaya lilin, ketika roti husna kecil dibagi-bagi oleh cerlia kecil pada teman-teman, mereka makan bersama sore itu. Ya.. kita hari itu menginap di sekolah dalam kegiatan NSC khusus pembinaan bagi kelas 6. Terdengar percakapan kecil dari kubu anak laki-laki
Rosyid : Tur, hadiah terbesar ulang tahunmu apa? dengan lugunya
Fatrhur : Eee... Liburan ke Tawangmangu? Jawabnya mantap.
Rosyid : Wahh... masih besar hadiahku berarti no... tantangnya dengan semangat.
Fathur : Emang hadiahmu apa?
Rasyid : Lebaran... heheh... soalnya habis aku ulang tahun trus lebaran.
Seketika akupun tegelitik geli mendengarnya. Sebuah ungkapan yang sederhana tapi penuh makna yang begitu santun dan dalam. Bagaimana tidak? Idul Fitri ia katakan sebagai hadiah terbesar ulang tahunya. Subhannallah...
Sebuah kelas kecil yang hangat. Ada di sekolah kami yang sederhana. Selamat belajar anak-anaku sayang. Husna kecil semoga lebih dewasa, Rosyid sayang tetaplah sederhana. Kelas kecilku. Ayah bunda di rumah mengaharapkanmu.
1 Komentar
Laur biasa! adik salih-salihah hatinya masih suci. Foto bareng sama adik2nya dong tadz... hehe
BalasHapus