TANGGA NADA PENDIDIKAN ISLAM

TANGGA NADA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Kahar Pagi

Serangkaian susunan nada yang teratur akan membentuk sebuah melodi yang indah, inilah yang menjadi unsur pokok seorang pemerhati dan penikmat musik. Sebuah bunyi yang asal-asalan bukan merupakan sebuah melodi, karena tidak ada keteraturan nada di dalamnya. Nada inilah yang akan diperdengarkan untuk menyusun suatu lagu atau melodi.

Penciptaan sebuah lagu bisa kita ibarat seperti proses dalam pendidikan islam. Ia merupakan serangkaian aktivitas yang teratur, terencana dan tidak asal-asalan. Karena dengan susunan nada/metode yang teratur itulah seorang penggiat pendidikan akan menghasilkan output/keluaran pendidikan yang berkualitas.

Para peminat dan penggiat pendidikan islam yang lahir dari lulusan kampus umum (bukan kampus berbasis islam) akan lebih baik jika menambah satu wawasan tentang metode pendidikan dalam islam.


Hal yang paling mudah untuk mulai mengenal bagaimana pendidikan islam itu dilaksanakan adalah dengan mempelajari Sirah Nabi Muhammad ï·º. Aktivitas mempelajari Sirah Nabi Muhammad ï·º melalui kajian-kajian masjid kampus sejak masih duduk di bangku kuliah paling tidak akan memberikan sentuhan bagaimana Nabi ï·º melakukan pendidikan untuk ummatnya.

Lebih lanjut, tentu ada banyak cara agar ghirah dan celupan pendidikan islam mewarnai jiwa-jiwa dan alam pikir para sarjana dari lulusan kampus-kampus umum. Bisa melalui kajian, seminar, membaca buku-buku pendidikan islam, diskusi dan lain sebagainya.

Kita ketahui bersama bahwa gairah masyarakat terhadap minat pendidikan islam begitu besar. Bisa kita cermati dari proses tumbuh dan berkembangnya lembaga pendidikan seperti: Sekolah Islam Terpadu, Pesantren Moderen, Islamic Boarding School, Sekolah Muhammadiyah, Madrasah, Sekolah Tahfizul Qur’an, bahkan model pendidikan Kuttab kini hadir membanjiri lingkungan pendidikan disekitar kita.

Lebih membahagiakan lagi bahwa model lembaga pendidikan berbasis keislaman tidak lagi muncul hanya di wilayah perkotaan namun, telah menyebar diberbagai daerah yang jauh dari pusat kota.

Gejala ini harus ditangkap dan direspon oleh masing-masing calon lulusan sarjana pendidikan, baik kampus umum ataupun kampus islam, agar lembaga/sekolah yang berbasis pendidikan islam dipenuhi oleh para pendidik yang sedari awal telah mendapatkan bekal tentang metode dalam pendidikan islam.

Akan sangat berakibat fatal jika para peminat pendidikan islam tidak memiliki bekal dan persiapan memasuki lingkungan lembaga/sekolah islam yang mereka tuju. Sekolah dan lembaga islam harus diisi oleh sumber daya pendidik yang juga memahami tujuan dan arah pendidikannya.

Seperti yang sudah kami kemukakan di awal bahwa pendidikan islam memerlukan sebuah proses yang teratur dan tepat dalam membentuk peserta didik menjadi pribadi-pribadi yang produktif pasca keluar dari proses belajranya. Para lulusan sekolah/lembaga pendidikan islam tetap bisa mengamalkan apa yang telah dipelajarinya.

Proses yang teratur dan tepat inilah yang harus menjadi poin pokok para guru/tenaga pendidik dalam setiap aktivitasnya. Poin pokok tersebut salah satunya adalah nada atau sentuhan-sentuhan islami yang ada dalam al-Quránul Karim.



Dalam tulisan kali ini akan kami sebutkan secara ringkas gambaran umum aneka nada atau sentuhan-sentuhan islami yang ada dalam al-Quránul Karim. Perlu kita ketahui bahwa dalam setiap nada sentuhan islami yang satu dengan yang lain memiliki objek/target yang berbeda-beda dalam level dan karakteristiknya. Hal ini akan lebih mudah dipahami ketidak kami jelaskan nanti.

Terlebih dahulu kami sebutkan ada 6 aneka sentuhan nada/irama pendidikan islami yang kami maksud diantaranya:
(1) Nada Ta’lim dan Tarbiyah (Pengajaran dan Pendidikan)
(2) Nada Tazkir dan Tanbih (Pengingatan dan Penyegaran Kembali)
(3) Nada Targhib dan Tabsyir (Motivasi dan Memberi Kabar Gembira)
(4) Nada Tarhib dan Inzar (Ancaman dan Memberi Kabar Buruk)
(5) Nada Qashas dan Riwayat (Cerita dan Kisah)
(6) Nada Amar dan Nahi (Perintah dan Larangan)

Masing-masing dari nada di atas diterapkan/diperuntukan sesuai waktu dan bagaimana kondisi seseorang yang sedang diajari. Karena yang sering kali terjadi adalah para guru/pendidik tidak memahami kondisi seorang, akhirnya ia memberi perlakuan yang sama kepada semua orang, padahal kadar kebutuhan pendidikan seorang itu berbeda-beda. Hal ini menjadikan hasil pendidikan tidak maksimal.

Sebagai contoh misalnya: jika seseorang telah diberikan pendidikan dengan ta’lim dan tarbiyah, dibekalinya pengetahuan dan pemahaman, agar pengetahuan yang telah tertanam itu bisa terus diamalkan dan tidak dilupakan, maka perlulah ia diberikan tazkir dan tanbih (pengingatan dan penyegaran kembali).

Ke-enam nada pendidikan islam tersebut di atas, itulah yang akan menjadi pembahasan kita dalam upaya penambahan wawasan cakrawala pendidikan islam yang amat luas. Adapun uraian dari masing-masing poin nada pendidikan islami yang telah tersebut akan kami sajikan dan uraikan satu per satu dengan berdasar realitas yang terjadi disekitar kita saat ini. In Syaa Allah.
  

  
Referensi:
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qurán (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).


Posting Komentar

0 Komentar