Etika dalam Mata Pelajaran Penjas!!!



Guru bahasa Indonesia, guru matematika, guru sejarah, guru fisika dan guru mata pelajaran yang lain memiliki ruang kelas sebagai tempat mereka mengajar dan tempat siswa belajar.  Biasanya mereka juga memiliki sebuah kesepakatan atau etika pembelajarannya tersendri. Meskipun terkait etika pembelajaran ini bisa sangat berfariasi tergantung kesepakatan antara guru dan muridnya. Akan sangat mungkin ada perbedaan antara guru yang satu dengan yang lain. Meski demikian pasti para guru juga memiliki standar umum yang biasanya menjadi patokan sebagai aturan mereka dalam proses pembelajaran. Contoh sederhana misalkan seperti: siswa tidak boleh ramai sendiri saat guru sedang menerangkan atau saat ada teman yang berpendapat, tidak boleh mengolok-olok teman yang tidak bisa menjawab pertanyaan guru, tidak boleh mencontek saat ujian dan lain sebagainya. Selain etika semacam itu mungkin juga ada peraturan yang lain contoh: tidak boleh mencorat-coret meja, kursi dan tembok kelas, siswa wajib merawat kebersihan kelasnya masing-masing, tidak diperbolehkan bermain-main dengan alat-alat praktikum selain untuk pembelajaran dan lain sejenisnya.
            Berbicara mengenai pendidikan Jasmani maka dalam proses pembelajaran pasti memiliki semacam etika tersendiri. Jika guru mata pelajaran lain memiliki kelas sebagai tempat belajar maka guru penjas juga memiliki kelas dan tempat praktikum layaknya laboratorium kimia atau fisika. Tatakrama dalam lapangan juga semestinya ada. Walaupun tentunya hal ini tidak bisa disamakan dan tidak sekaku dengan tatakrama saat diruang kelas yang dibatasi oleh dinding yang sempit. Karena bisa jadi paradigma siswa saat datang kelapangan untuk menerima pelajaran, mereka merasa seperti terbebas dari penjara kelas yang sangat membatasi tingkah dan polah mereka.
Sudah pasti akan sangat tidak mengenakkan bagi siswa kalau pelajaran penjas tidak disertai dengan luapan ekspresi dan selebrasi saat bermain. Bayangkan saja jika selama pelajaran penjas berlangsung para siswa dilarang teriak dan ramai pasti hal ini akan sangat aneh. Sunyi tanpa teriakan atau suara-suara yang memacu semangat mereka untuk bergerak. Sekalipun penjas identik dengan teriakan, ekspresi, selebrasi, dan semacamnya namun hal itu haruslah tetap pada koridor pendidikan. Karena biar bagaimanapun aktivitas penjas masih dalam lingkup pendidikan. Teriakanpun semestinya adalah luapan semangat yang positif dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran.
Net, bola, ring, simpai, lembing, peluru dan segala macam alat olahraga lainnya juga memiliki fungsi yang sama halnya seperti pena, buku, spidol, termometer, jangka sorong dll yang biasa digunakan dalam pembelajaran di kelas. Siswa dan guru berkewajiban menjaga alat-alat tersebut dengan baik. Tidak menggunakannya selain sebagai sarana untuk belajar. Berikut ini adalah beberapa hal yang tidak seharusnya dilakukan siswa saat proses pembelajaran seperti: duduk di atas bola, menendang-nendang bola basket, bermain lembing atau peluru tanpa sepengetahuan atau pengawasan guru, dan bercanda dengan bola di luar permainan.

Masalah pakaian juga semestinya diperhatikan saat siswa akan mengikuti pembelajaran penjas. Siswa seharusnya wajib mengenakan seragam olahraga saat akan mengikuti pelajaran. Bukan mengenakan pakaian seperti kemeja, celana seragam sekolah dan yang lain. Siswa dan guru juga bersama-sama menjaga kebersihan dan kenyamanan lapangan yang akan digunakan untuk belajar. Hal yang juga penting adalah masalah keselamatan semua siswa, maka bagi semua siswa wajib menjaga dirinya dan temannya dalam mengikuti pelajaran. Misalkan dengan melakukan pemanasan dengan serius, memperhatikan instruksi dari guru dan tidak bermain-main dengan hal yang bisa membahayakan temannya. 


_Emre Ember_

Posting Komentar

0 Komentar