BERKENALAN DENGAN CINTA

Kita adalah para petani yang menenam benih. Tugas kita adalah merawat benih itu hingga tumbuh, bukan menumbuhkan benih yang telah kita semai. Sebab menumbuhkan benih adalah Kuasa dari pada Tuhan. Kita insan hanya bisa sebatas bekerja merawat apa yang Tuhan karuniakan hingga tumbuh dewasa lalu sampai pada waktu musim panen tiba. Begitulah perkenalan kita yang singkat dengan cinta. Hanya Kuasa Tuhan semata yang mampu menumbuhkan benih cinta dalam hati seorang insan.

Dalam urusan cinta seseorang hanya perlu memulai. Berkata jujur dan berani menyatakan perasaan dengan tulus ikhlas kepada seseorang yang ia cintai. Betapa banyaknya para pencinta yang bersembunyi. Mereka pandai bermimpi tapi tak jua segera memulai kisah cintanya. Mereka memilih menyembunyikan cinta dari pada jujur mengatakan dengan terus terang. Kertas telah tersedia, pena sudah digenggaman, ide di kepala berhamburan namun, tangannya gentar untuk segera menuliskan kisah cintanya sendiri. Lahan subur terbentang luas, cangkul sudah di tangan, benih telah didaptkan namun, ia tak segera mulai menanam cintanya. Menunda menanam bererti menunda tumbuhnya. Lalu bagaimana kisah cinta akan tertulis jika pena tak pernah digoreskan, bagaimana Tuhan akan menumbuhkan cinta jika benih tak pernah kau tanam?

Cinta seseorang berjalan di atas takdir baiknya masing-masing. Takdir baik yang disyukuri akan menjadi penuntun hidupnya kepada kebahagiaan. Berjalanlah terus hingga menemukan takdir cinta masing-masing. Tak perlu risau dengan jalan cinta orang lain yang kadang berbeda, sebab setiap kita memiliki takdir cinta yang tak sama.

Jika cinta itu ditumbuhkan oleh Tuhan maka tugas kita adalah menjalin hubungan yang baik dengan-Nya. Cara yang paling baik untuk meraih perhatian-Nya adalah dengan menghamba. Sebab cinta hakikatnya adalah untuk Dia, untuk Tuhan. Bukan semata-mata untuk seseorang yang telah menyita banyak perhatian kita.

Segala bentuk cinta yang kita miliki haruslah dimulai dengan Tuhan dan bermuara kepada Tuhan.Seorang yang baik akan menempuh jalan cintanya dengan kebaikan. Ia selalu menginstrospeksi apakah cinta itu hadir karena petunjuk Tuhan atau dorongan sahwat dan hawa nafsu yang menguasai hati. Para pencinta yang baik ia akan mudah kembali jika ternyata cintanya tersesat ke dalam jeratan syahwat yang menjadikannya hina. Para pencinta yang jahat tak berpikir untuk kembali sekalipun tahu bahwa dirinya telah tersesat. Sedangkan para pencinta yang penakut lebih mengutamakan was-was dari pada petunjuk.

Sebaik-baik hati adalah yang paling sadar dalam mengikuti kebaikan dan petunjuk, sedangkan yang paling jelek adalah yang paling sadar dalam mengikuti kesesatan dan kerusakan. Allah juga memberikan kekuasaan nafsu kepadanya, mengujinya dengan menentang nafsu tersebut, agar ia mendapatkan jannah yang menyenangkan. Demikian Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menuturkan.


........... In Syaa Allah tulisan ini berlanjut ...........
yang hendak menyimak dan mengikuti kami persilahkan.
Semoga bermanfaat.


Posting Komentar

0 Komentar