Tersesat Cinta Adinda


Daku nanti kau di mana Tuan Putri
Lewat kabar sms suratmu tak terbaca,
Lewat pesan email daku nati tak jua masuk kabarmu
Lewat suara di telepon genggam dikau membisu
Lewat status-statusmu di facebook dan apapun media itu
dikau tak pernah muncul di halaman,
Apalagi alam nyata tempat lalu lalang kita bekerja dan pulang
aromamu, bayanganmu, wujudmu bagaikan khayalan siang bolong

Masih daku nanti kabar dikau Tuan Putri yang ramah cantik jelita
di manakah kabarmu bermuara
Surat kabar tak memuat berita sudahkah dikau makan?
baik-baikah dikau disana?
Sudah berteman akrabkah dikau dengan seorang bujang disana?
Khawatir tak jelas menyelimuti daku yang bengong
Apa adinda juga terpikirkan tentang daku ini?
Atau adinda sedang asik memadu kagum asmara dengan seorang bujang
Adinda...???
Adinda...???
Adinda ada dimana...???
Adinda mengganggu pikiranku...

Tuan Putri anggun kehormatanku
Bukankan hujan itu jatuh dari satu langit yang sama?
Bukankah sinar matahari menyentuh kulit dengan sinar yang sama?
terhadap kulit adainda dan kulitku?
Bukankah malam dan siang yang kita huni mereka adalah sebenarnya satu?
Mengapa adinda dan diriku tak jua bertemu?
Bukankah udara yang kita hirup hembuskan adalah satu rangkaian?
Mengapa kabar tentang adinda tak terdengar hingga ditelinga?
Tuan putri yang ramah tamah
Apakah Tuhan tak mengizinkan kira saling merindukan?

Tuan Putri Ayu pujianku
Daku sudah lelah berputar-putar pada cinta adinda
Belum lagi adinda entah ada dimana?
Apa adinda sudah makan? apa adinda baik-baik kabarnya?
Apa adinda apa? apa adinda bagaimana? apa adinda mengapa?
Berputar-putar daku cari adinda dimana?
Setelah lelah daku insyaf dari segala cinta pada adinda
barulah daku sadar...
Betapa sesatnya cinta daku pada adinda itu
Betapa dalam daku menggali lubang untuk mengubur daku sendiri dengan hina
Padahal adinda disana sudah terjaga Tuhan...
Jahatnya daku hendak mengusikmu dengan rayuan
Jahatnya daku hendak memetikmu dengan tangan dibelakang
Jahatnya daku pada Tuan Putri
Lebih baik cinta daku pada adinda mati saja
Biar daku mengabdi pada Tuhan Semata
Daku sabarkan tunggu takdir-Nya
Apakah adinda atau yang lainnya
Sebab takdir Tuhan itu yang bisa membuat segala yang kita pikir tak mungkin 
Tiba-tiba menjadi mungkin-mungkin saja.

Oohh.. Adinda.
Jadi teringatlah diriku pada kata-kata Buya Hamka
"Seseorang yang memburu cinta adalah laksana memburu kijang di rimba belantara.
Bertambah diburu, bertambah jauh dia lari.
Akhirnya tersesat dalam rimba, tak bisa pulang lagi."

-Haru Biru-

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Luarrrr biasa! sepertinya penulis sudah kasmaran, minta segera dipertemukan. :D

    BalasHapus