Ya Allah … Kau ijinkan lagi aku meneguk kopi pagi ini, diantara hawa dingin dan nuansa pagi yang muda. Satu-persatu kelembutan kucoba abadikan kedalam belulang tubuhku yang rapuh, hanya sepatah tasbih yang mampu aku lakukan dari bibirku yang kaku karena dingin semalam. Mengeja, terbata, menuju Asma-Mu. Rembulan masih saja setia menunggui tenda kami,sementara semburat jingga mulai menampakan wajah. Di barat sana pangarango masih terdiam, belum menampakan tanda-tanda kehidupan. Seberkas gelap masih setia mmelekat menempel hutannya. Hendak ku abadikan semua itu kedalam sebongkah otak tuaku yang kadang-kadang lupa mengurungnya. Pikiran liar bagai penjelajah yang tak perdulukan arah, enggan membaca petunjuk, nekat menerobos hutan naik lebih tinggi. Hingga saat sesat menyiasati, bingung mengelabuhi, dan takut dalam diri menciut sebab terbayang mati. Tersesat. Baru kita ingat akan Tuhan yang Maha Penolong.
Hari ini kami disini agar kami esok bisa berkata.... Kami pernah bersama disana dalam kenangan. Dalam himpunan Rahman-Rahim-Mu.
Satu dua pendaki mulai menapaki punggungan. Meniti-daki perlahan meretas tepian bibir kawah disamping kemah kami. Hembusan tipis mengepul dari mulut kawah.
Ya Rabbi. Ampuni kami... ampuni.
Puisi bersama…Emre_ember & babang Murdiyono
Mt. Gede-Pengarango
0 Komentar