Tetap Sehat di Tengah Cobaan


Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar dari segala nikmat dan kemampuan. Rasa nikmatnya makan, bekerja, berkendara, belajar bahkan tidur sekalipun menjadi nikmat saat kita dalam keadaan sehat. Nikmat sehat karunia dari Allah yang kita peroleh hampir setiap harinya tidaklah cukup kita syukuri dengan lisan semata namun perlu dengan tindakan nyata. 

Sehat bagi seorang muslim memiliki tiga kondisi yang harus senantiasa dipelihara:
Pertama, seorang muslim hendaknya memiliki kesejahteraan jasmani (lahiriah), ia adalah kekuatan bagi seorang muslim untuk melakukan tugas-tugas ibadah sehari-hari. 


Kedua, seorang muslim hendaknya memiliki kesejahteraan rohaniah (batiniah), ia adalah kekuatan jiwa bagi seorang muslim yang dibentuk dari serangkaian latihan dan pembiasaan hubungan seorang hamba dengan Tuhanya atau dzikrullah.


Ketiga, seorang muslim hendaknya  memiliki kesejahteraan sosial, ia adalah kekuatan akhlaq yang terpancar dari dalam dirinya dikarenakan sifat, sikap dan perilaku yang mencerminkan ketenangan bagi siapa saja yang bergaul denganya. 



Dalam kehidupan nyata sehari-hari kita jumpai bahwa hampir tidak mungkin kita mencapai drajat sehat yang paripurna sepanjang hayat hidup kita. Konsep “sehat” menurut World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Andai kata ada seseorang sepanjang hayat hidupnya tak pernah menderita penyakit secara fisik, lalu ternyata ia pernah merasa benci pada seseorang, atau dibenci orang lain bahkan kadang membenci masa lalunya sendiri, berarti pada sisi ini ia tidak bisa dikatakan sehat secara paripurna karena secara rohaniah dan sosial mengalami apa yang dinamakan "tidak sehat"

Begitu pula sebaliknya jika ia bahagia, ia dicintai orang lain dan masyarakat, ia pandai bergaul namun di sisi lain ia ternyata penyandang penyakit jantung, gula atau semisal pernah mengalami kecelakaan fisik maka ia juga tidak berhak menyandang status sehat paripurna seperti apa yang dirumuskan oleh WHO.  Bisa dikatakan bahwa sehat yang paripurna adalah kemustahilan atau sehat yang merupakan angan-angan.

Lalu bagaimana Islam memandang hal ini?
Kita harus kembali lagi ke pada pandangan awal bahwa sebagai seorang muslim kita harus memelihara tiga kondisi kesehatan/kesejahteraan yaitu jasmaniah (ibadah), rohaniah (jiwa), dan sosial (akhlaq). Ketiga kondisi ini memiliki satu sumber dari segala sumber kehidupan bagi seorang muslim yaitu "keberadaan ruh". Salah satu cara yang paling mudah untuk memelihara agar Ruh ini senantiasa sehat adalah dengan selalu terjalin hubungan dengan Allah SWT. Maka sehebat apapun gunjangan secara fisik, jiwa, dan sosial seorang muslim apabila hubungan dengan Allah senantiasa terpelihara dengan baik maka Ruh akan tetap sehat sejahtera.

Wallahu a'lam bish-shawabi.


Posting Komentar

0 Komentar