KEKAYAAN JIWA

Kekayaan Jiwa

Oleh: Kahar Pagi

Dari manakah asal datangnya kekayaan jiwa seseorang? Zahir kehidupan kadang tak bisa dijadikan patokan akan kondisi jiwa yang sebenarnya. Berapa banyak kita jumpai orang-orang yang tersenyum tapi sebenarnya menangis? Berapa banyak kita jumpai orang-orang yang berkecukupan harta benda tapi tak merasakan bahagia? 

Kekayaan jiwa membuat hidup seseorang menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Kadang kita jumpai orang-orang yang tulus justru datang dari kalangan mereka yang serba sederhana bahkan kekurangan dalam hal materi. Derita kadang menuntun manusia pada kelembutan rasa sebab jiwanya terdidik dari keadaan. 

Penderitaan yang menerpa seseorang tak selalu menjadi hal yang buruk atau malapetaka, derita menjadikan seseorang mudah berempati pada orang lain, menjadikan mereka mudah mengerti apa yang dirasakan orang lain. Sebab kekayaan jiwa tumbuh lewat pengalaman dan tempaan yang diikuti dengan didikan akal budi yang baik dari orang-orang sekitarnya.

Manusia memang cenderung ingin merasakan keberhasilan dan kemudahan. Segala macam cara dan upaya dikerahkan adalah untuk mencapai kejayaan hidup sesuai dengan nilai yang mereka anut. Ada orang-orang yang menyandarkan sebuah kejayaan hidup pada keberhasilannya mengumpulkan harta benda, ada pula yang menyandarkan pada seberapa ia dikenal dan diakui oleh orang lain. 

Ada juga yang menganggap kejayaan hidup adalah kebebasan ia bertingkah laku menjalani hidupnya. Namun ada juga sebagian orang yang memiliki prinsip bahwa kejayaan hidup adalah seberapa bermanfaat ia bagi orang lain dalam hidup ini? Seberapa besar ia mampu mengadakan perubahan untuk perbaikan kehidupan.

Kekayaan Jiwa manusia ada banyak wujudnya, bisa ia berupa rasa “lumo” atau dalam bahasa kita mudah memberi, suka membantu dan menolong sesama. Bisa juga ia berupa sifat pemaaf yang menghiasi jiwanya. Tidak mudah menyimpan amarah dan dengki kepada orang lain yang pernah melakukan salah padanya. Menerima kenyataan hidup yang tidak selalu seperti harapan dan keinginannya. Seseorang yang memiliki kekayaan jiwa ini sering kita sebut sebagai orang yang berjiwa besar.

Jiwa besar yang mendasar untuk dimiliki manusia bisa kita ringkaskan dalam beberapa hal di antaranya adalah sikap anti bingung dan bersedih berlarut. Manusia harus mudah move on dari kondisi derita dan kesedihan yang mendera. Sengsara tak selalu harus menjadikan kesedihan yang berlarut sehingga merusak jiwa. 

Permasalahan yang pelik dan rumit memusingkan kepala tak semestinya membuat seseorang bingung, linglung dan limbung tak tentu arah. Jangan sampai menyebabkan kita berhenti melangkah dan bergerak dalam kehidupan. Rasa bingung dan sedih bisa saja membuat seseorang menjadi tak produktif, lalu pada ujungnya akan menjadikan seseorang diliputi rasa lemah dan malas. 

Jiwa yang lemah dan malas akan semakin membuat terpuruk jatuh terperosok dalam jurang derita yang makin dalam. Apabila terus dibiarkan rasa lemah dan malas akan berujung pada putus asa dan menyalahkan takdir.

Posting Komentar

0 Komentar